Tentang Adanya Mizan / Timbangan Pada Hari Kiyamat.
.
Setelah manusia dibangkitkan pada
hari kiyamat, maka manusia akan di kumpulkan di padang mahsyar, Padang Mahsyar
adalah tempat berkumpulnya seluruh manusia, di sana banyak proses-proses yang harus
dilalui oleh manusia, seperti didekatkannya matahari di Padang Mahsyar, setelah
tahapan pertama selesai, lalu menuju tahapan kedua yaitu di timbangnya amalan
manusia di Yaumul mizan,
.
setelah selesai lalu di tunjukkannya catatan amal di Yaumul hisab
(di perlihatkan catatan amal), setelah proses itu selesai lalu di suruh
melewati jembatan siroth yang di pasang diatas neraka, jika lulus dan bisa
melewatinya , lalu yang paling terakhir adalah berjalan melalui
jembatan Qantharah menuju ke surga.
.
Dalil Al-Qur’an
Tentang Adanya Mizan / Timbangan:
.
. Allah Ta’ala berfirman:
.
وَنَضَعُ
الْمَوَازِيْنَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلاَ تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا
وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا وَكَفَى بِنَا
حَاسِبِيْنَ (47)
Artinya:
“Dan Kami akan tegakkan timbangan
yang adil pada hari Kiamat, sehingga tidak seorang pun yang dirugikan walaupun
sedikit. Jika amalan itu hanya seberat biji sawipun, pasti Kami akan
mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.” (QS. Al-Anbiya’: 47)
.
Dalam ayat lain:
.
Allah Ta’ala berfirman:
(فمن ثقلت موازينه فأولئك هم المفلحون ومن خفت موازينه فأولئك الذين خسروا أنفسهم في جهنم خالدون)- ) [المؤمنون: 102-103[
Artinya:
“Barangsiapa yang berat timbangan
(kebaikan) nya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung, Dan barangsiapa
yang ringan timbangan (kebaikan) nya, maka mereka itulah orang-orang yang
merugikan dirinya sendiri, mereka kekal didalam neraka jahannam.” (QS. Al-Mukminun: 102-103)
Dalam ayat lain juga: Allah Ta’ala
berfirman:
.
وَالْوَزْنُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ
فَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (8) وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَئِكَ
الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ بِمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَظْلِمُونَ (9)- (الأعراف: 8-9)
Artinya:
“Timbangan pada
hari itu (menjadi ukuran) kebenaran, barangsiapa
yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka mereka itulah orang-orang yang
beruntung, Dan barangsiapa yang ringan timbangan (kebaikan) nya, maka mereka
itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, karena mereka mengingkari ayat-ayat Kami.” (QS. Al-A’raf: 8-9)
.
Bagaimana Bentuk Timbangan:
.
Dalam hadits Nabi di sebutkan:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: «قَالَ مُوسَى: يَا رَبِّ
عَلِّمْنِي شَيْئًا أَذْكُرُكَ بِهِ، وَأَدْعُوكَ بِهِ،
قَالَ: قُلْ يَا مُوسَى: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، قَالَ: يَا رَبِّ كُلُّ
عِبَادِكَ يَقُولُ هَذَا، قَالَ: قُلْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، قَالَ: إِنَّمَا
أُرِيدُ شَيْئًا تَخُصُّنِي بِهِ، قَالَ: يَا مُوسَى لَوْ أَنَّ أَهْلَ
السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَالْأَرَضِينَ السَّبْعِ فِي كِفَّةٍ، وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فِي كِفَّةٍ، مَالَتْ بِهِمْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ»-اخرجه
ابن حبان والحاكم وغيره
Artinya:
Dari Abu Sa’id al-Khudzri Radhiyallahu
Anhu berkata: Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Nabi Musa pernah berkata kepada
Tuhannya, Wahai Rabbku, Ajarkanlah kepadaku sesuatu yang aku senantiasa
menyebut-Mu dengannya, memberikan pujian kepada-Mu dengannya, dan berdo’a
kepada-Mu dengan menggunakan sesuatu itu,
maka Allah mengatakan kepada Musa, Wahai Musa, ucapkanlah La ilaha illallah.
.
Nabi Musa menjawab; semua hamba-Mu
bisa mengucapkan ini, Maka Allah berkata kepada Musa; Wahai Musa, kalau
sekiranya tujuh langit dan segala penghuninya selain Aku, dan juga tujuh lapis
bumi, dan semua itu di letakkan pada suatu daun timbangan [Mizan], dan kalimat La
ilaha illallahu di letakkan pada satu daun timbangan yang lainnya, maka akan
lebih berat kalimat La ilaha illallah.”
(Shahih, HR. Ibnu Hibban dan
Al-Hakim, di shahihkan oleh ibnu Hibban, Al-Hakim, Adz-Dzahabi, ibnu Hajar
(Fathul Bari (/11/208)).
Jadi, Mizan yang Allah ciptakan tersebut
memiliki dua daun timbangan / dua mata timbangan sebagaimana dalam hadits
diatas dan juga dalam hadits tentang kartu (bithoqoh) yang akan kami sampaikan
haditsnya nanti.
.
Berapa Jumlah
Timbangan:
.
Pendapat pertama:
Sebagian ulama’ berpendapat: Jumlah
Timbangan / mizan ada banyak, sebagaimana dzahirnya ayat diatas, dengan lafadz:
وَنَضَعُ الْمَوَازِيْنَ الْقِسْطَ
لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ,
lafadz الْمَوَازِيْنَ (artinya: “Timbangan-timbangan”) adalah jama’ dari الميزان (artinya satu timbangan).
.
Ulama’ yang lain berpendapat:
Jumlahnya hanya satu, karena yang di maksud الْمَوَازِيْنَ (Timbangan-timbangan)
adalah seluruh amalan-amalan manusia yang akan di timbang di satu Mizan / satu
timbangan tersebut. Pendapat Yang kuat insya Allah adalah pendapat pertama.
Wallahu A’lam.
.
Berapa Besar Ukuran
Timbangan.
.
Mizan di hari Kiamat adalah sesuatu
yang hakiki dan benar-benar ada. Ukurannya sangat besar, melebihi besarnya
langit dan bumi. Seandainya langit dan bumi diletakkan dalam daun timbangannya,
niscaya mizan tersebut akan tetap lapang / longgar. Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
.
.
يُوْضَعُ الْمِيْزَانُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَلَوْ وُزِنَ
فِيْهِ السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ لَوَسِعَتْ، فَتَقُوْلُ الْمَلاَئِكَةُ: يَا
رَبِّ! لِمَنْ يَزِنُ هَذَا؟ فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: لِمَنْ شِئْتُ مِنْ
خَلْقِيْ، فَتَقُوْلُ الْمَلاَئِكَةُ: سُبْحَانَكَ مَا عَبَدْنَاكَ حَقَّ
عِبَادَتِكَ.
.
“Pada hari Kiamat, mizan akan ditegakkan. Andaikan ia digunakan untuk menimbang langit dan bumi, niscaya ia akan tetap lapang. Maka Malaikat pun berkata, “Wahai Rabb-ku, untuk siapa timbangan ini?” Allah berfirman: “Untuk siapa saja dari hamba-hamba-Ku.” Maka Malaikat berkata, “Maha suci Engkau, tidaklah kami dapat beribadah kepada-Mu dengan sebenar-benarnya.” (Shahih, HR. al-Hakim dan dinilai shohih oleh imam Al-Hakim, Adz-Dzahabi, al-Albani, dll. (Silsilah As-Silsilah Ash-Shohihah, no. 941).
“Pada hari Kiamat, mizan akan ditegakkan. Andaikan ia digunakan untuk menimbang langit dan bumi, niscaya ia akan tetap lapang. Maka Malaikat pun berkata, “Wahai Rabb-ku, untuk siapa timbangan ini?” Allah berfirman: “Untuk siapa saja dari hamba-hamba-Ku.” Maka Malaikat berkata, “Maha suci Engkau, tidaklah kami dapat beribadah kepada-Mu dengan sebenar-benarnya.” (Shahih, HR. al-Hakim dan dinilai shohih oleh imam Al-Hakim, Adz-Dzahabi, al-Albani, dll. (Silsilah As-Silsilah Ash-Shohihah, no. 941).
.
Komentar para Ulama’:
.
قال أهل العلم : فمن رجحت حسناته على سيئاته فهو من أهل الجنة
ومن رجحت سيئاته على حسناته استحق أن يعذَب في النار
ومن تساوت حسناته وسيئاته كان من أهل الأعراف الذَين يكونون بين الجنة والنار لمدة على حسب ما يشاء الله عز وجل
وفي النهاية يدخلون الجنة
Artinya:
Sebagian para Ulama’ berkata: “Barangsiapa
yang kebaikannya lebih berat daripada keburukannya, maka ia termasuk ahlul
Jannah, barangsiapa yang keburukannya lebih berat daripada kebaikannya maka ia
termasuk ahli Neraka. Dan barangsiapa yang kebaikan dan keburukannya sama
ketika di timbang, maka ia termasuk ahlul A’raf yaitu orang yang kemungkinan di
masukkan ke Surga bisa jadi di masukkan ke Neraka, jika di Neraka maka ia akan
disiksa dalam jangka waktu yang di kehendaki oleh Allah, namun pada akhirnya ia
akan dimasukkan ke Surga.” (di sebutkan oleh Imam Thabari dalam Tafsirnya).
.
.
Mizan atau timbangan adalah alat
untuk mengukur sesuatu berdasarkan berat dan ringan. Adapun mizan di akherat
adalah sesuatu yang Allah letakkan pada hari Kiamat untuk menimbang amalan
hamba-Nya. (Syarah Lum’atul I’tiqaad, Syaikh Muhammad bin Shalih
al-‘Utsaimin, hal. 120)
.
.
Apa Saja Yang Akan Di
Timbang Di Hari Kiyamat:
.
.
Pertama,
Yang Ditimbang Adalah Amal
.
.
Pendapat ini didukung oleh hadits
yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah
shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:
.
.
كَلِمَتَانِ خَفِيْفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ، ثَقِيْلَتَانِ
فِي الْمِيْزَانِ، حَبِيْبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ
سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ
.
“Ada dua kalimat yang ringan diucapkan oleh lisan, tetapi berat dalam timbangan (pada hari Kiamat), dan dicintai oleh ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih): Subhaanallohi wa bihamdihi dan Subhanallohil ‘Azhim.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6406, 6682, dan Muslim, 2694).
.
“Ada dua kalimat yang ringan diucapkan oleh lisan, tetapi berat dalam timbangan (pada hari Kiamat), dan dicintai oleh ar-Rahman (Allah Yang Maha Pengasih): Subhaanallohi wa bihamdihi dan Subhanallohil ‘Azhim.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6406, 6682, dan Muslim, 2694).
.
Pendapat ini yang dipilih oleh Ibnu
Hajar al-Ashqolani rahimahullah. Beliau berpendapat bahwa yang ditimbang
adalah amal, karena Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:
.
.
مَا مِنْ شَيْءٍ فِي الْمِيْزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ
الْخُلُقِ
.
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat ketika ditimbang (di hari Kiamat) daripada akhlak yang mulia.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab al-Adab al-Mufrad, no. 270 dan dinilai shohih oleh al-Albani dalam Shahiih al-Adab al-Mufrad, no. 204).
“Tidak ada sesuatu yang lebih berat ketika ditimbang (di hari Kiamat) daripada akhlak yang mulia.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab al-Adab al-Mufrad, no. 270 dan dinilai shohih oleh al-Albani dalam Shahiih al-Adab al-Mufrad, no. 204).
.
Kedua, Yang Ditimbang Adalah
Orangnya
.
Ada beberapa hadits yang menunjukkan
bahwa yang ditimbang adalah orangnya. Berat atau ringannya timbangan tergantung
pada keimanannya, bukan berdasarkan ukuran tubuh, berat badannya, atau
banyaknya daging yang ada di tubuh mereka. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
.
.
إِنَّهُ لَيَأْتِي الرَّجُلُ الْعَظِيْمُ السَّمِيْنُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ لاَ يَزِنُ عِنْدَ اللهِ جَنَاحَ بَعُوْضَةٍ
.
“Sesungguhnya pada hari Kiamat nanti ada seorang laki-laki yang besar dan gemuk, tetapi ketika ditimbang di sisi Allah, tidak sampai seberat sayap nyamuk.” Lalu Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: ”Bacalah..
“Sesungguhnya pada hari Kiamat nanti ada seorang laki-laki yang besar dan gemuk, tetapi ketika ditimbang di sisi Allah, tidak sampai seberat sayap nyamuk.” Lalu Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda: ”Bacalah..
فَلاَ نُقِيْمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَزْنًا (105)
.
“Dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari Kiamat.” (QS. Al-Kahfi: 105). (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 4729 dan Muslim, no. 2785)
.
“Dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari Kiamat.” (QS. Al-Kahfi: 105). (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 4729 dan Muslim, no. 2785)
.
‘Abdullah ibnu Mas’ud radhiyallahu
‘anhu adalah seorang sahabat betisnya kecil. Tatkala ia mengambil ranting
pohon untuk siwak, tiba-tiba angin berhembus dengan sangat kencang dan
menyingkap pakaiannya, sehingga terlihatlah kedua telapak kaki dan betisnya
yang kecil. Para sahabat yang melihatnya pun tertawa. Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bertanya: “Apa yang sedang kalian tertawakan?” Para
sahabat menjawab, “Kedua betisnya yang kecil, wahai Nabiyullah.” Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
وَالَّذِي
نَفْسِي بِيَدِهِ لَهُمَا أَثْقَلُ فِي الْمِيْزَانِ مِنْ أُحُدٍ
Artinya:
“Demi Dzat yang jiwaku berada di
tangan-Nya, sungguh kedua betisnya itu di mizan nanti lebih berat dari pada
gunung uhud.” (Shahih, HR. Ahmad dalam Musnad-nya,
I/420-421 dan ath-Thabrani dalam al-Kabiir, IX/75. Hadits ini dinilai
shohih oleh Imam Al-Arna’ut dalam Tahqiq Musnad Ahmad, Al-Haitsami dalam
Majma’ Zawa’id, dan al-Albani dalam Silsilah Ash-Shohihah, no.
3192).
.
Pendapat Ketiga, Yang Ditimbang
Adalah Lembaran Catatan Amal
.
وروى أحمد وغيره عن عبد الله بن عمرو قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "إن الله سيخلص رجلاً من أمتي على رؤوس الخلائق يوم القيامة، فينشر عليه تسعةً وتسعين سجلاً، كل سجل مدّ البصر، ثم يقول له أتنكر من هذا شيئاً؟ أظلمتك كتبتي الحافظون؟ قال: لا يارب، فيقول ألك عذر أو حسنة؟ فيبهت الرجل، فيقول: لا، يارب، فيقول: بلى، إن لك عندنا حسنة واحدة، لا ظلم اليوم عليك، فتخرج له بطاقة فيها: أشهد أن لا إله إلا الله، وأن محمداً رسول الله. فيقول أحضروه، فيقول: يارب وما هذه البطاقة مع هذه السجلات؟ فقال: إنك لا تظلم، قال: فتوضع السجلات في كفه، والبطاقة في كفة، قال: فطاشت السجلات، ولا يثقل شيء بسم الله الرحمن الرحيم".
Artinya:
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Amr
bin al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda (yang artinya): “Sungguh Allah akan membebaskan
seseorang dari umatku di hadapan seluruh manusia pada hari Kiamat dimana ketika
itu dibentangkan 99 gulungan catatan (dosa) miliknya. Setiap gulungan
panjangnya sejauh mata memandang, kemudian Allah berfirman: ‘Apakah ada yang
engkau ingkari dari semua catatan ini? Apakah para (Malaikat) pencatat amal
telah menganiayamu?,’
.
Dia menjawab: ‘Tidak wahai Rabbku,’
Allah bertanya: ‘Apakah engkau memiliki udzur (alasan)?,’ Dia menjawab: ‘Tidak
Wahai Rabbku.’ Allah berfirman: “Bahkan sesungguhnya engkau memiliki satu
kebaikan di sisi-Ku dan sungguh pada hari ini engkau tidak akan dianiaya
sedikitpun. Kemudian dikeluarkanlah sebuah kartu (bithoqoh) yang di dalamnya
terdapat kalimat:
.
أَشْهَدُ
أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
.
Aku bersaksi bahwa tidak ada
sesembahan yang haq selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba
dan Rasul-Nya.
Lalu Allah berfirman: ‘Hadirkan
timbanganmu.’ Dia berkata: ‘Wahai Rabbku, apalah artinya kartu ini dibandingkan
seluruh gulungan (dosa) itu?,’ Allah berfirman: ‘Sungguh kamu tidak akan
dianiaya.’
.
Kemudian diletakkanlah
gulungan-gulungan tersebut pada satu daun timbangan dan kartu itu pada daun
timbangan yang lain. Maka gulungan-gulungan (dosa) tersebut terangkat dan kartu
(laa ilaaha illallah) lebih berat. Demikianlah tidak ada satu pun yang lebih
berat dari sesuatu yang padanya terdapat Nama Allah.”
.
(Hadits diatas sanadnya Shahih, HR.
Imam Tirmidzi, no. 2639, Ibnu Majah, no. 4300, Al-Hakim, 1/6, 529, dan Ahmad,
no. II/213. Hadits ini dinilai shohih oleh Imam Al-Hakim, Adz-Dzahabi,
Al-Arna’ut, al-Albani, dll. (Silsilah Ahaadiits ash-Shahiihah, no. 135)
.
--------------
.
Pendapat terakhir inilah yang
dipilih oleh al-Qurthubi. Beliau mengatakan, “Yang benar, mizan menimbang berat
atau ringannya buku-buku yang berisikan catatan amal…” (At-Tadzkirah, hal.
313)
.
Adapun yang shahih bahwasanya
ketiga-tiganya diatas adalah benar, karena semuanya terdapat didalam hadits
yang shahih dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.
Tiga pendapat di atas tidak saling
bertentangan satu sama lain. Sebagian orang ada yang ditimbang amalnya,
sebagian yang lain ditimbang buku catatannya, dan sebagian yang lain ditimbang
dirinya.
.
Syaikh Muhammad bin sholih
al-’Utsaimin rahimahullah mengatakan bahwa secara umum yang ditimbang
adalah amal perbuatannya, karena kebanyakan dalil-dalil menunjukkan bahwa yang
ditimbang adalah amal perbuatan. Adapun timbangan buku catatan amal dan
pelakunya, maka itu khusus untuk sebagian orang saja. (Syarah al-’Aqidah
al-Wasithiyyah, hal. 390)
Wallahu A’lam Bis Showab.
Referensi:
Syarah Aqidah Wasitiyyah
Karya Syeikh Utsaimin Rahimahullah
Syarah Lum’atul I’tiqaad, Karya Syeikh Utsaimin Rahimahullah
Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah Karya Syeikh Nashiruddin Al-Albani
At-Tadzkirah Karya Imam Al-Qurtubi
Fathul Bari Fi Syarhi Shahihil
Bukhari Karya Ibnu
Hajar Al-Asqalani
.
[Lilik IbadurR (Abu Utsman)]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar