.
Seorang hamba di tuntut untuk meng-Esakan
Allah dengan segala bentuk ibadah yang di ridhai-Nya dan tidak menyembah kepada
selainnya.
.
1.
Dari Abdullah bin ‘Amr bin al-’Ash
Radhiyallahu ‘Anhuma, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda,
.
" إِنَّ نَبِيَّ اللهِ نُوحًا صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمَّا حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ قَالَ لِابْنِهِ: إِنِّي
قَاصٌّ عَلَيْكَ الْوَصِيَّةَ: آمُرُكَ بِاثْنَتَيْنِ، وَأَنْهَاكَ عَنِ
اثْنَتَيْنِ، آمُرُكَ بِلَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، فَإِنَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعَ،
وَالْأَرْضِينَ السَّبْعَ، لَوْ وُضِعَتْ فِي كِفَّةٍ، وَوُضِعَتْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللهُ فِي كِفَّةٍ، رَجَحَتْ بِهِنَّ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَلَوْ
أَنَّ السَّمَوَاتِ السَّبْعَ، وَالْأَرْضِينَ السَّبْعَ، كُنَّ حَلْقَةً مُبْهَمَةً، قَصَمَتْهُنَّ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَسُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ، فَإِنَّهَا صَلَاةُ
كُلِّ شَيْءٍ، وَبِهَا يُرْزَقُ الْخَلْقُ، وَأَنْهَاكَ عَنِ الشِّرْكِ
وَالْكِبْرِ "
.
Artinya:
“Sesungguhnya Nabi Nuh
‘alaihissalam tatkala menjelang kematiannya, beliau berkata kepada anaknya,
“Sesungguhnya aku menyampaikan wasiat kepadamu: Aku perintahkan kepadamu dua
perkara dan melarangmu dari dua perkara. Saya perintahkan kepadamu dengan kalimat
laa ilaaha illallah (Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah).
.
Sesungguhnya seandainya tujuh
lapis langit dan tujuh lapis bumi diletakkan dalam satu daun timbangan dan
kalimah laa ilaaha illallah (Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah)
diletakkan pada daun timbangan yang lain, niscaya kalimat laa ilaaha illallah
lebih berat.
.
Dan jikalau tujuh lapis langit
dan tujuh lapis bumi merupakan sebuah lingkaran yang samar, niscaya dipecahkan
oleh kalimah laa ilaaha illallah dan subhanallahi wabihamdih (maha suci Allah
dan dengan memujian-Nya),
.
sesungguhnya ia merupakan inti
dari semua ibadah. Dengannya makhluk diberi rizqi. Dan aku melarangmu dari
perbuatan syirik dan takabur…” (Shahih, HR. Ahmad dan al-Bukhari dalam al-Adab
al-Mufrad, dll. di shahihkan oleh imam Al-iroqi dalam “Al-Mugni
An-Hamlil Asfar fil Asfar” (1/354), imam Al-Arna’ut dalam “Tahqiq Musnad
Ahmad”, dan di shahihkan pula oleh imam Al-Haitsami dalam Majma’ Az-Zawa’id
(9/356), dll (Shahih Adabul Mufrod (1/206)).
.
2.
Dalam
hadits Nabi di sebutkan:
عَنْ
أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: «قَالَ مُوسَى: يَا رَبِّ عَلِّمْنِي شَيْئًا أَذْكُرُكَ
بِهِ، وَأَدْعُوكَ بِهِ، قَالَ: قُلْ يَا مُوسَى: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، قَالَ:
يَا رَبِّ كُلُّ عِبَادِكَ يَقُولُ هَذَا، قَالَ: قُلْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ،
قَالَ: إِنَّمَا أُرِيدُ شَيْئًا تَخُصُّنِي بِهِ، قَالَ: يَا مُوسَى لَوْ أَنَّ
أَهْلَ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَالْأَرَضِينَ السَّبْعِ فِي كِفَّةٍ، وَلَا
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فِي كِفَّةٍ، مَالَتْ بِهِمْ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ»-اخرجه
ابن حبان والحاكم وغيره
.
Artinya:
Dari Abu Sa’id al-Khudzri Radhiyallahu
Anhu berkata: Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
.
Nabi Musa pernah berkata kepada
Tuhannya, Wahai Rabbku, Ajarkanlah kepadaku sesuatu yang aku senantiasa
menyebut-Mu dengannya, memberikan pujian kepada-Mu dengannya, dan berdo’a
kepada-Mu dengan menggunakan sesuatu itu,
maka Allah mengatakan kepada Musa, Wahai Musa, ucapkanlah La ilaha illallah.
.
Nabi Musa menjawab; semua hamba-Mu
bisa mengucapkan ini, Maka Allah berkata kepada Musa; Wahai Musa, kalau
sekiranya tujuh langit dan segala penghuninya selain Aku, dan juga tujuh lapis
bumi, dan semua itu di letakkan pada suatu daun timbangan [Mizan], dan kalimat
La ilaha illallahu di letakkan pada satu daun timbangan yang lainnya, maka akan
lebih berat kalimat La ilaha illallah.”
.
(Shahih, HR. Ibnu Hibban dan
Al-Hakim, di shahihkan oleh ibnu Hibban, Al-Hakim, Adz-Dzahabi, ibnu Hajar
(Fathul Bari (/11/208)).
.
Maka dari itu Tujuan Diciptakannya Makhluk
Adalah untuk Bertauhid
.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :
.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا
لِيَعْبُدُونِ (56)
.
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS.
Adz-Dzariyaat: 56). Imam Ibnu Katsir rohimahulloh berkata, yaitu tujuan
mereka Kuciptakan adalah untuk Aku perintah agar beribadah kepada-Ku, bukan
karena Aku membutuhkan mereka (Tafsir Al Qur’anul ‘Adzhim, Tafsir
surat Adz Dzariyaat). Makna menyembah-Ku dalam ayat ini adalah mentauhidkan
Aku, sebagaimana ditafsirkan oleh para ulama salaf.
.
Begitu Pula Tujuan Diutusnya Para Rasul Adalah
untuk Mendakwahkan Tauhid
.
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :,
.
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ
رَسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ….
.
“Sungguh telah Kami utus kepada setiap umat
seorang Rasul (yang mengajak) sembahlah Allah dan tinggalkanlah thoghut.” (QS. An
Nahl: 36).
.
Thoghut adalah
sesembahan selain Allah. Syaikh As Sa’di berkata, Allah Ta’ala memberitakan
bahwa hujjah-Nya telah tegak kepada semua umat, dan tidak ada satu umatpun yang
dahulu maupun yang belakangan, kecuali Allah telah mengutus dalam umat tersebut
seorang Rasul. Dan seluruh Rasul itu sepakat dalam menyerukan dakwah dan agama
yang satu yaitu beribadah kepada Allah saja yang tidak boleh ada satupun sekutu
bagi-Nya (Taisir
Karimirrohman, Tafsir surat An Nahl). Beribadah kepada Allah dan
mengingkari thoghut itulah hakekat makna
tauhid.
.
Maraji’ Hadits diatas:
Fathul Majid Syarh Kitabut Tauhid Karya
Syeikh Abdurrahman bin Hasan
Taisir Karimir-Rohman Fi Tafsiri Kalamil Mannan
Karya
Syeikh As-Sa’di
.
Penulis: Lilik Ibadurrohman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar