Pengaruh
Hembusan Hawa Panas Neraka Ke Bumi dan Penghuninya
.
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
.
إن الحمى من فيح
جهنم…
.
”Sesungguhnya penyakit demam (panas)
adalah berasal dari panas neraka jahanam.” (Shahih,
HR. Bukhari dan Muslim)
.
Abdullah bin Mas’ud radhiallahu
‘anhu berkata,
الحمى حظ المؤمن من النار
“Demam adalah bagian jatah seorang
mukmin dari neraka.” [Ibnu Hajar dalam Fathul Bari]
.
Maknanya agar bisa
mengingatkan tentang panas api neraka Jahannam
.
Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah
menjelaskan,
.
من فيح أو فوج
جهنم بمعنى سطوع حرها ووهجه، واختلف في نسبتها إلى جهنم فقيل حقيقة، واللهب الحاصل
في جسم المحموم قطعة من جهنم وقد قدر الله ظهورها بأسباب تقتضيها ليعتبر العباد
بذلك، كما أن أنواع اللذة والفرح من نعيم الجنة أظهرها في هذه الدار عبرة ودلالة.
وقيل بل الخير مورد التشبيه والمعنى أن حر الحمى شبيه. بحر جهنم تنبيهاً للنفوس
على شدة حر النار
Artinya:
“Dari panas atau bagian neraka
Jahannam, maknanya nyala/lidah api dan radiasi panasnya. Ulama berselisih
mengenai penisbatan dengan neraka jahannam. Ada yang berpendapat bahwa ini
penisbatan secara hakikat,
.
sehingga jilatan api adalah memang
bagian dari Jahannam. Allah telah menakdirkan munculnya dengan sebab-sebab agar
hamba-Nya bisa mengambil pejaran (ketika terkena demam, pent).
.
Sebagaimana kenikmatan dan
kebahagiaan dari kenikmatan surga, Allah tampakkan di dunia agar menjadi
pelajaran (contoh) dan petunjuk.
.
Pendapat yang lain menyatakan bahwa
penisbatan (dengan Jahannam) semacam penyerupaan saja. Yaitu panas demam
menyerupai panas Jahannam agar menjadi peringatan bagi jiwa-jiwa akan panasnya
neraka Jahannam.” [Fathul Bari Syarhu Shahihil Bukhari
(10/175)]
.
Namun pendapat yang kuat adalah pendapat
pertama : Demam adalah berasal dari radiasi / dampak hawa panas dari Neraka
Jahannam.
.
Hal ini sebagaimana di jelaskan
dalam hadits berikut:
.
Dalam hadits muttafaq alaih,
diriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
.
اشْتَكَتِ النَّارُ إِلَى رَبِّهَا فَقَالَتْ يَا رَبِّ أَكَلَ بَعْضِي بَعْضًا فَأَذِنَ لَهَا بِنَفَسَيْنِ نَفَسٍ فِي الشِّتَاءِ وَنَفَسٍ فِي الصَّيْفِ فَهُوَ أَشَدُّ مَا تَجِدُونَ مِنَ الْحَرِّ وَأَشَدُّ مَا تَجِدُونَ مِنَ الزَّمْهَرِيرِ
اشْتَكَتِ النَّارُ إِلَى رَبِّهَا فَقَالَتْ يَا رَبِّ أَكَلَ بَعْضِي بَعْضًا فَأَذِنَ لَهَا بِنَفَسَيْنِ نَفَسٍ فِي الشِّتَاءِ وَنَفَسٍ فِي الصَّيْفِ فَهُوَ أَشَدُّ مَا تَجِدُونَ مِنَ الْحَرِّ وَأَشَدُّ مَا تَجِدُونَ مِنَ الزَّمْهَرِيرِ
.
Artinya:
Artinya:
"Neraka
mengadu kepada Tuhannya; 'Wahai Robb.., sebagian api –di dalam diriku- saling memakan
(membakar) sebagian yang lain (hal ini karena neraka masih kosong saat ini)…!'
Maka dari itu Allah mengizinkan untuk menghembuskan dua kali hembusan nafas
(agar bisa mengeluarkan dua hembusan/hawa dari dalam neraka),
.
satu kali hembusan nafas di musim dingin dan satu hembusan nafas lagi di musim panas. Maka panas menyengat yang kalian rasakan adalah bagian dari hawa panas neraka, Dan dingin yang menggigil yang kalian dapatkan adalah hawa dingin yang berasal dari neraka. (Hadits Shahih, HR Bukhori: 512, Muslim: 617, Ibnu Majah: 4319, Ahmad: 7247).
.
satu kali hembusan nafas di musim dingin dan satu hembusan nafas lagi di musim panas. Maka panas menyengat yang kalian rasakan adalah bagian dari hawa panas neraka, Dan dingin yang menggigil yang kalian dapatkan adalah hawa dingin yang berasal dari neraka. (Hadits Shahih, HR Bukhori: 512, Muslim: 617, Ibnu Majah: 4319, Ahmad: 7247).
.
Adapun orang yang terkena sakit
Demam, maka ia dilarang untuk mencela penyakit demam. Hal ini sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Jabir bin
Abdillah radiyallahu ‘anhu,
أَنَّ رَسُوْلَ
اللهِ صلى الله عليه وسلم دَخَلَ عَلَى أُمِّ السَّائِبِ (أَوْ: أُمِّ
الْمُسَيَّبِ)، فَقَالَ: مَا لَكِ يَا أُمَّ السَّائِبِ (أَوْ: يَا أُمَّ
الْمُسَيَّبِ) تُزَفْزِفِيْنَ؟ قَالَتْ: اَلْحُمَّى، لاَ بَارَكَ اللهُ فِيْهَا.
فَقَالَ: لاَ تَسُبِّي الْحُمَّى، فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِيْ آدَمَ
كَمَا يُذْهِبُ الْكِيْرُ خَبَثَ الْحَدِيْدِ.
“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam menjenguk Ummu as-Saib (atau Ummu al-Musayyib), kemudian
beliau bertanya, ‘Apa yang terjadi denganmu wahai Ummu al-Sa’ib (atau wahai
Ummu al-Musayyib), kenapa kamu bergetar?’ Dia menjawab, ‘Sakit demam yang tidak
ada keberkahan Allah padanya.’ Maka beliau bersabda, ‘Janganlah kamu mencela
demam, karena ia menghilangkan dosa anak Adam, sebagaimana alat pemanas besi
mampu menghilangkan karat’.“ [HR. Muslim 4/1993,
no. 2575]
.
Hampir setiap manusia
pernah terkena demam
.
Bahkan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah terkena demam dengan panas dua kali lipat manusia.
.
Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu
‘anhu berkata,
.
دخلت على النبي
صلى الله عليه وسلم وهو يوعك، فوضعت يدي عليه فوجدت حره بين يدي فوق اللحاف، فقلت:
يا رسول الله، ما أشدها عليك! قال: إنا كذلك يضاعف لنا البلاء ويضاعف لنا الأجر،
قلت: يا رسول الله، أي الناس أشد بلاءً؟ قال: الأنبياء، قلت: يا رسول الله، ثم من؟
قال: ثم الصالحون، إن كان أحدهم ليبتلى بالفقر حتى ما يجد أحدهم إلا العباءة
يحويها، وإن كان أحدهم ليفرح بالبلاء كما يفرح أحدكم بالرخاء
.
Artinya:
“Aku pernah mengunjungi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang saat itu sedang
sakit. Kemudian Aku letakkan tanganku di atas selimut Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, aku dapati panasnya (sangat panas karena yang
disentuh adalah selimutnya, bukan badannya, pent).
.
Aku berkata, “wahai Rasulullah,
betapa beratnya demam ini!”
Lalu Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya kami para nabi,
diberi ujian yang sangat berat, sehingga pahala kami dilipat gandakan.”
.
Abu Said pun bertanya, ‘wahai
Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat ujiannya?’ Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menjawab;
.
“Para nabi, kemudian orang
shaleh. Sungguh ada diantara mereka yang diuji dengan kemiskinan, sehingga
harta yang dimiliki tinggal baju yang dia gunakan. Sungguh para nabi dan orang
shaleh itu, lebih bangga dengan ujian yang dideritanya, melebihi kegembiraan
kalian ketika mendapat rezeki.” [HR. al-Baihaqi dalam Sunan
al-Kubro (3/372) dishahihkan oleh Imam al-Albani]
.
Bahakan para sahabat juga terkena
demam seperti Abu Bakar, Bilal, Ummus Sa’ib, dll.
.
ودخلت عائشة على
أبيها فقالت: يا أبت، كيف تجدك؟ ويا بلال ، كيف تجدك؟ وكان أبو بكر إذا أخذته
الحمى يقول:
كل امرئ مصبح في
أهله والموت أدنى من شراك نعله
.
Aisyah pernah menemui Bapaknya Abu
Bakar, Lalu menemui Bilal kemudian berkata,
“wahai ayah
bagaimana keadaannmu? Wahai Bilal bagaimana keadaanmu?”
Abu Bakar ketika tertimpa demam
beliau berkata,
“Setiap orang bersama keluarganya
padahal kematian lebih dekat daripada tali sandalnya.” (lihat hadits-haditsnya di Riwayat imam Bukhari)
.
Dalam hadits lain tentang sakit
demam yang dialami Ummu Sa’ib:
.
dari Jabir radiyallahu ‘anhu,
.
.
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه
وسلم دَخَلَ عَلَى أُمِّ السَّائِبِ (أَوْ: أُمِّ الْمُسَيَّبِ)، فَقَالَ: مَا
لَكِ يَا أُمَّ السَّائِبِ (أَوْ: يَا أُمَّ الْمُسَيَّبِ) تُزَفْزِفِيْنَ؟
قَالَتْ: اَلْحُمَّى، لاَ بَارَكَ اللهُ فِيْهَا. فَقَالَ: لاَ تَسُبِّي
الْحُمَّى، فَإِنَّهَا تُذْهِبُ خَطَايَا بَنِيْ آدَمَ كَمَا يُذْهِبُ الْكِيْرُ
خَبَثَ الْحَدِيْدِ.
.
“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjenguk Ummu as-Saib (atau Ummu al-Musayyib), kemudian beliau bertanya, ‘Apa yang terjadi denganmu wahai Ummu al-Sa’ib (atau wahai Ummu al-Musayyib), kenapa kamu bergetar?’
“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menjenguk Ummu as-Saib (atau Ummu al-Musayyib), kemudian beliau bertanya, ‘Apa yang terjadi denganmu wahai Ummu al-Sa’ib (atau wahai Ummu al-Musayyib), kenapa kamu bergetar?’
.
Dia menjawab, ‘Sakit demam yang
tidak ada keberkahan Allah padanya.’ Maka beliau bersabda, ‘Janganlah kamu
mencela demam, karena ia menghilangkan dosa anak Adam, sebagaimana alat pemanas
besi mampu menghilangkan karat’.“ [HR. Muslim 4/1993, no. 2575]
.
……………………
.
Hadits Ummu Sa’ib diatas juga Terdapat
larangan mencela demam. karena demam dapat menghilangkan dosa anak Adam,
sebagaimana alat pemanas besi mampu menghilangkan karat’.
.
Demikianlah yang bisa saya
sampaikan, semoga bermanfaat bagi kita semua. Washallallahu Ala Nabiyyina Muhammad, Wa'ala Alihi Washahbihi Wasallam.
.
Maroji’:
Fathul Bari
Syarah Shahihul Bukhari
Sunannul Kubro Karya imam Al-Baihaqi
Kitab Shahih
Imam Bukhari, Shahih Imam Muslim, dll
.
[Lilik
Ibadurrohman]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar