Kisah Nyata Orang-Orang Sok Tahu Padahal sebenarnya Tidak Tahu
KISAH PERTAMA: Salat Magrib bisa Diqoshor?
Adalah Syams bin ‘Atho’ ar-Razi, salah seorang yang dekat dengan Timur Lang, mengaku banyak memiliki hafalan, sehingga orang-orang merasa takjub dengannya. Singkat cerita disepakatilah sebuah majelis untuk mengujinya.
Di antara pertanyaan yang disampaikan ialah, “Apakah ada nash (dalil) yang menunjukkan bahwa salat magrib bisa diqoshor?? Ternyata ia menjawab: “Iya, ada keterangan tentang itu pada hadis Jabir di kitab al-Firdaus karya Abu al-Laits as-Samarqandi.”
Orang-orang pun merujuk ke kitab tersebut namun tidak ditemukan keterangan tentang itu, lalu disampaikan hasil pemeriksaan itu kepadanya. Ternyata ia mengatakan: “Kitab karya as-Samarqandi tersebut terdiri dari tiga naskah: Kubro (Besar), Wusto (Sedang), dan Sughro (Kecil), sementara hadis tersebut ada di naskah Kubro, dan yang itu belum ada di negeri kita ini….”
Sejak mendengar jawabannya yang aneh itu, orang-orang tahu dan merasa bahwa ia telah berdusta dengan jawabannya sendiri.
Ada-ada saja orang ini, shalat magrib bisa diqoshor, berarti menjadi satu setengah rakaat tuh, bagaimana prakteknya ya?!
KISAH KEDUA: Di Manakah Ususnya Semut?
Adalah Muqatil bin Sulaiman salah seorang perawi hadits yang sangat lemah hafalannya. Meskipun satu sisi ia sedikit berilmu, namun ia mendapat ujian dengan sikap “sok tahu.”
Di antara riwayat yang ada, dia pernah berkata dengan beraninya : “Silakan bertanya kepadaku segala sesuatu yang ada di bawah ‘Asry Allah?”
Mendengar itu orang-orang bertanya: “ Dimanakah letaknya usus semut?” ternyata ia diam. Mereka juga bertanya kepadanya: “Ketika Nabi Adam pergi haji, siapakah yang mencukur rambutnya?” Ia menjawab: “Saya tidak tahu.”
Oleh karena itu Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkomentar tentangnya: “Ulama bersepakat untuk meninggalkannya (tidak mengambil riwayat darinya).”
“Silakan bertanya kepadaku segala sesuatu yang ada di bawah ‘Asry?” Kalimat ini juga menunjukkan kesombongan. Seharusnya semakin orang itu berilmu, semakin tawaduk-lah ia. Semoga Allah membimbing kita kepada sikap rendah hati.
Selesai.
-----------------
Maka dari itu Ilmu harus dimiliki sebelum berkata dan berbuat. Bila beramal tanpa ilmu dapat membinasakan, maka berfatwa tanpa ilmu dapat menyesatkan. Adapun orang yang tidak berilmu namun menampakkan dirinya seolah-olah berilmu, dia adalah orang sombong yang sok pintar dan sok tahu.
Ibnu Hajar al-‘Asqolani rahimahullah mengatakan: “Bila seseorang berkata tidak sesuai keilmuannya, niscaya ia akan membawa berbagai hal yang luar biasa nyelenehnya.”
Referensi:
Beberapa perkataan dan kisah nyata di atas diambil dari dua kitab al-Ta’aalum wa Atsaruhu ‘alaa al-Fikri wa al-Kitab dan Hilyah Thaalib al-‘Ilmi, keduanya karya Syaikh Bakr bin Abdillah Abu Zayd rahimahullah.
[Lilik ibadurrohman]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar