WAKTU-WAKTU BERSHALAWAT:
Berikut ini adalah waktu
kapan kita dianjurkan untuk bershalawat berdasarkan dalil-dalil shahih:
1.
Ketika Masuk Masjid
Sebagaimana hadits dari
Fathimah Radhiallahu’anha:
رب اغفر لي ذنوبي ، وافتح لي أبواب رحمتك
“Biasanya, ketika
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam masuk ke dalam masjid beliau bershalawat
kemudian mengucapkan: Rabbighfirli Dzunubi Waftahli Abwaaba Rahmatik (Ya Allah,
ampunilah dosa-dosaku, dan bukalah untukku pintu-pintu Rahmat-Mu)” (HR. At
Tirmidzi, 314. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan At Tirmidzi).
2.
Ketika Keluar Masjid
Sebagaimana kelanjutan hadits
dari Fathimah Radhiallahu’anha:
وإذا خرج
صلى على محمد وسلم ، وقال : رب اغفر لي ذنوبي وافتح لي أبواب فضلك
“Dan ketika beliau keluar dari masjid, beliau bershalawat
lalu mengucapkan: Rabbighfirli Dzunubi, Waftahlii Abwaaba Fadhlik (Ya Allah,
ampunilah dosa-dosaku, dan bukalah untukku pintu-pintu keutamaan-Mu)” (HR.
At Tirmidzi, 314. Dishahihkan Al Albani dalam Shahih Sunan At Tirmidzi).
3.
Ketika Tasyahud Dalam Shalat
Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
سمع رسول
الله صلى الله عليه وسلم رجلا يدعو في صلاته لم يمجد الله تعالى ولم يصل على النبي صلى الله
عليه وسلم فقال
رسول الله صلى الله عليه وسلم عجل هذا ثم دعاه فقال له أو لغيره إذا
صلى أحدكم فليبدأ بتمجيد ربه جل وعز والثناء عليه ثم يصلي على النبي صلى الله
عليه وسلم ثم يدعو بعد بما شاء
“Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam mendengar seorang lelaki yang berdoa dalam shalatnya tanpa
mengagungkan Allah dan tanpa bershalawat. Beliau pun berkata: ‘Orang ini
terlalu tergesa-gesa’. Rasulullah lalu memanggil lelaki tersebut lalu
menasehatinya: ‘Jika salah seorang diantara kalian berdoa mulailah dengan
mengagungkanlah Allah, lalu memuji Allah, kemudian bershalawatlah, barulah
setelah itu berdoa apa yang ia inginkan‘” (HR. Abu Daud, 1481. Dishahihkan
Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Daud).
Pada ulama fiqih mengatakan
bahwa tempat shalawat kepada Nabi di dalam shalat adalah setelah tasyahud awal
dan akhir. Bahkan sebagian ulama menggolongkan shalawat setelah tasyahud akhir
sebagai rukun (Wajib dibaca).
4. Di dalam sembahyang jenazah.
Adapun dalil yang menyatakan disyariatannya adalah apa yang diriwayatkan oleh Imam Abdur Rozzaq dalam mushonnafnya (no.6428) dengan sanad yang shahih:
عن الزهري قال: سمعت أبا أمامة بن سهيل بن حنيف يحدث ابن المسيّب قال:
السنّة في الصلاة على الجنائز أن يكبر ثمّ يقرأ بأم القرآن , ثمّ يصلّي على النّبي
صلّى الله عليه و سلّم , ثمّ يخلص الدعاء للميت , ولا يقرأ إلا في التكبيرة الأولى
, ثمّ يسلم نفسه عن يمينه , قال ابن جريج : و حدثني ابن شهاب قال : القراءة في
الصلاة على الميت في التكبيرة الأولى
salam dari sebelah kanan. Ibnu Juraij berkata: Ibnu Shihab berkata: Pembacaan (ayat al-Qur’an) pada shalat mayit pada takbir pertama.”
5.
Ketika disebut nama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
اَلْبَخِيْلُ
مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
“Orang pelit itu adalah
orang yang ketika disebut namaku ia enggan bershalawat” (HR. At Tirmidzi
no.3546, ia berkata: “Hasan Shahih Gharib”).
Seorang muslim, yang senantiasa
bersemangat menuntut ilmu syar’i, ia membaca kitab para ulama, menghafal
hadits, duduk di majlis-majlis ilmu, puluhan kali nama Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam disebut di sana sehingga ia pun puluhan kali bershalawat.
6.
Ketika selesai mendengar adzan
Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
إذا
سمعتم المؤذن فقولوا مثل ما يقول .
ثم صلوا علي . فإنه من صلى علي صلاة صلى الله عليه بها عشرا
“Jika kalian mendengarkan
muadzin mengumandangkan adzan, ucapkanlah apa yang ia ucapkan. Kemudian
bershalawatlah kepadaku. Karena setiap seseorang bershalawat kepadaku, Allah
akan bershalawat kepadanya 10 kali” (HR. Muslim, no. 384)
7.
Dalam rangkaian dzikir pagi dan Sore
Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
من صلى
علي حين يصبح عشرا وحين يمسي عشرا أدركته شفاعتي يوم القيامة
“Barangsiapa bershalawat
kepadaku ketika pagi dan ketika sore masing-masing 10 kali, ia akan mendapatkan
syafa’atku kelak di hari kiamat” (Dihasankan oleh Al Mundziri dalam Targhib
Wat Tarhib, 1/314, juga oleh Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid,
10/123)
8.
Ketika hendak berdoa
كُلُّ دُعَاءٍ مَحْجُوبٌ حَتَّى يُصَلِّي عَلَى النَّبِيِّ
“Setiap doa tertutup (terhalang dari pengabulannya, pent) hingga ia bershalawat kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam.” (HR. ad-Dailami dan dinyatakan Hasan oleh Syaikh al-Albani).
9.
Pada waktu-waktu bebas yang tidak ditentukan
Seorang salafi senantiasa
menggunakan waktunya agar tidak tersia-sia. Salah satu caranya dengan banyak
berdzikir, dan diantara dzikir yang dianjurkan adalah bacaan shalawat kepada
Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Dianjurkan untuk memperbanyak shalawat
kapan saja tanpa terikat kesempatan tertentu. Berdasarkan firman Allah Ta’ala:
إِنَّ
اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan
para Malaikatnya bershalawat kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam. Wahai
orang-orang yang beriman, bershalawatlah kepadanya dan doakanlah keselamatan
atasnya” (QS. Al Ahzab: 56)
Juga keumuman sabda Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam:
فإنه من
صلى علي صلاة صلى الله عليه بها عشرا
“Karena setiap seseorang
bershalawat kepadaku, Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali” (HR.
Muslim, 384)
Di perjalanan, ketika
menunggu, ketika istirahat, ketika berjalan, ketika dalam majelis, dan
waktu-waktu lain kapan saja dan di mana saja.
10.
Pada Hari Dan Malam Jum’at
Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam bersabda:
إن من
أفضل أيامكم يوم الجمعة فأكثروا علي من الصلاة فيه فإن صلاتكم معروضة علي قال
فقالوا يا رسول الله وكيف تعرض صلاتنا عليك وقد أرمت قال يقولون بليت قال إن الله
تبارك وتعالى حرم على الأرض أجساد الأنبياء صلى الله عليهم
“Hari jumat adalah hari
yang paling utama. Oleh karena itu perbanyaklah shalawat kepadaku pada hari
itu. Karena sesungguhnya shalawat kalian itu sampai kepadaku”. Para sahabat
bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin shalawat kami sampai kepadamu,
sementara kelak engkau dikebumikan?”. Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah
Tabaraka wa Ta’ala telah mengharamkan bumi untuk menghancurkan jasad para Nabi
shallallahu ‘alaihim” (HR. Abu Daud no. 1047. Dishahihkan oleh Al-Albani
dalam Shahih Al-Jami, 2212)
Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam juga bersabda:
أكثروا
الصلاة علي يوم الجمعة و ليلة الجمعة ، فمن صلى علي صلاة صلى الله عليه عشرا
“Perbanyaklah shalawat
kepadaku pada hari dan malam Jumat. Karena orang yang bershalawat kepadaku satu
kali, Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali” (HR. Al-Baihaqi, 3/249.
Dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash-Shahihah, 1407)
11. Setiap
Mengadakan Majlis
Bersabda Ralulullah Saw :
الا كان ترة إن شاء عذبهم وإن شاء غفر الله لهم ما جلس قوم مجلسا لم يذكر الله تعالى فيه ولم يصلوا على نبيهم
Artinya: “Tidak duduk sesuatu kaum di dalam sesuatu majlis, sedang mereka
tidak menyebut akan Allah dan tidak beshalawat kepda Nabinya, melainkan
menderita kekuranganlah maka jika Allah mmghendaki niscaya Allah akan mengazab
mereka dan jika Allah menghendaki, niscaya akan mengampuni mereka.” (HR.
Al-Thrmudzî Abû Dâwud, di shahihkan oleh Syeikh Al-Albani).
Diberitakan oleh Ubay Ibn Ka’ab, bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Saw. ujarnya: “Ya Rasulallah, bagaimana pendapat engkau sekiranya saya jadikan shalawat saya untuk engkau semua?
Rasulullah Saw. menjawab :
“Kalau demikian Allah akan memelihara engkau dari segala yang membimbangkan engkau, baik mengenai dunia, maupun mengenai akhirat engkau. “(Hadits Hasan HR. Abu Dawud, Ahmad, Di hasankan oleh Syeikh Al-Albani).
13.
Tatkala Berkhutbah
Seperti Khutbah Jum’at, Khutbah Idul Fithri dan Idul
Adha, Istisqo’ dan Lainnya.
Terjadi perselisihan di kalangan ulama’ tentang syarat sahnya sebuah
khutbah. Imam asy-Syafi’i dan Imam Ahmad dalam madzhabnya yang terkenal
mengatakan bahwa tidak sah khutbah melainkan dengan adanya shalawat kepada
Rasulullah r. Berbeda
dengan Imam Abu Hanifah dan Imam Malik yang berpendapat bahwa khutbah tetap sah
walaupun tanpa shalawat di dalamnya, dan ini juga pendapat sebagian madzhab
Imam Ahmad. Golongan yang mewajibkan shalawat dalam berkhutbah berhujjah dengan
firman Allah :
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ
صَدْرَكَ وَوَضَعْنَا عَنكَ وِزْرَكَ الَّذِي
أَنقَضَ ظَهْرَكَ وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ
“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?, dan Kami
telah menghilangkan daripadamu bebanmu, yang memberatkan punggungmu ? . Dan
Kami tinggikan bagimu sebutan (nama) mu.”
Berkata Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma
tentang ayat ini: Allah meninggikan penyebutan (nama Rasulullah), maka tidak
boleh menyebut nama Allah melainkan juga menyebut nama beliau bersama-Nya.
14. Ketika di Shafa dan Marwah,
Hal ini berdasarkan atsar Shahih dari ‘Umar bin al-Khaththab dan anaknya, ‘Abdullah رضي الله عنها.
(Jalaa-ul Afhaam hal 537-538). Pada hakikatnya, bacaan shalawat
ini mengiringi do’a, sebagaimana setiap do’a
dianjurkan untuk membaca shalawat, begitu pula ketika di Shafa dan Marwah.
BENTUK LAFADZ SHALAWAT:
Adapun bentuk lafadz-lafadz
shalawat adalah shalawat yang tidak boleh dikarang-karang serta dibuat-buat
oleh orang, apalagi shalawat yang tidak pernah diajarkan oleh Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam maupun para shahabat serta generasi salafus shalih.
Dikarang-karang lafadznya,
juga tata-caranya. Para sahabat Nabi, orang yang paling mencintai beliau jauh
lebih cinta dari kita semua, mereka tidak pernah mengarang-ngarang shalawat.
Mereka bahkan bertanya kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam cara
bershalawat:
يا رسول
الله ، أما السلام عليك فقد عرفناه ، فكيف الصلاة ؟ قال : ( قولوا :اللهم صل على محمد وعلى آل محمد ، كما صليت على إبراهيم ، إنك حميد
مجيد ، اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد ، كما باركت على إبراهيم ، إنك حميد
مجيد
)
“Wahai Rasulullah,
tata cara salam terhadapmu, kami sudah tahu. Namun bagaimana cara kami
bershalawat kepadamu? Rasulullah Shallallahu’alahi Wasallam bersabda:
‘Ucapkanlah:
Allahumma Shalli ‘ala
Muhammad Wa ‘ala Aali Muhammad, Kamaa Shallaita ‘ala Ibrahim Innaka Hamiidum
Majid. Allahumma Baarik ‘ala Muhammad Wa ‘ala Aali Muhammad, Kamaa Baarakta
‘ala Ibraahim, Innaka Hamiidum Majid‘”. (HR. Bukhari 4797)
dengan membaca اللهم صل وسلم على نبينا محمد ( Allahumma Sholli wa Sallim ‘Ala Nabiyyina Muhammad) atau
صلى الله عليه وسلم. (shallallahu ‘alaihi wasallam),
Bacaan sholawat yang lebih pendek diatas juga sesuai makna yang terkandung dalam Al-Qur'an, Surat: Al-Ahzab, Ayat: 56):
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
"Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kepadanya dan doakanlah keselamatan atasnya” (QS. Al Ahzab: 56)
Begitu pula dalam hadits yang shahih adalah :
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
Allahumma shollii wa sallim ‘alaa
nabiyyinaa Muhammad.
“Ya Allah, limpahkanlah shalawat dan salam kepada
Nabi kami Muhammad) .
[SHAHIH. HR. At-Thabrani melalui dua isnad,
keduanya baik. Lihat Majma’ Az-Zawaid 10/120 dan Shahih At- Targhib wat Tarhib
1/273].
-----------------------
Selain itu juga Allah Ta’ala
memerintahkan kita berdzikir dengan rendah diri, penuh takut dan bersuara
lirih:
وَاذْكُرْ
رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ
“Berdzikirlah kepada
Rabb-mu dengan penuh kerendahan diri, rasa takut serta tanpa suara yang
dikeraskan” (QS. Al A’raf: 205)
Renungkanlah, dari apa yang
kita paparkan di atas, andai kita mau mengamalkan shalawat berdasarkan dalil
yang shahih, hari-hari kita akan sangat sibuk sekali. Maka, untuk apa kita
masih mencari-cari atau mengarang-ngarang shalawat sendiri?
Sahabat Ibnu Mas’ud Radhiallahu’anhu
berkata:
اتَّبِعُوا
وَلاَ تَبْتَدِعُوا ، فَقَد كُفِيتُم
[Lilik Ibadurrahman]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar