Muhasabah Diri Karena Pemimpin Adalah Cermin Rakyatnya..
Ali bin
Abi Thalib radhiyallahu 'anhu pernah ditanya oleh seseorang:
"Mengapa
saat Abu Bakar dan Umar menjabat sebagai khalifah kondisinya tertib,
namun saat Utsman dan engkau yang menjadi khalifah kondisinya kacau?
Jawab Ali: "Karena saat Abu Bakar dan Umar menjadi khalifah, mereka
didukung oleh orang-orang seperti aku dan Utsman, namun saat Utsman dan
aku yang menjadi khalifah, pendukungnya adalah kamu dan orang-orang
sepertimu"(Syadzaraat Adz Dzhahab 1/51.)
----------------------------------------------------------------------
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata,
وتأمل حكمته تعالى في ان جعل ملوك العباد وأمراءهم وولاتهم من جنس اعمالهم
بل كأن أعمالهم ظهرت في صور ولاتهم وملوكهم فإن ساتقاموا استقامت ملوكهم
وإن عدلوا عدلت عليهم وإن جاروا جارت ملوكهم وولاتهم وإن ظهر فيهم المكر
والخديعة فولاتهم كذلك وإن منعوا حقوق الله لديهم وبخلوا بها منعت ملوكهم
وولاتهم ما لهم عندهم من الحق ونحلوا بها عليهم وإن اخذوا ممن يستضعفونه
مالا يستحقونه في معاملتهم اخذت منهم الملوك مالا يستحقونه وضربت عليهم
المكوس والوظائف وكلما يستخرجونه من الضعيف يستخرجه الملوك منهم بالقوة
فعمالهم ظهرت في صور اعمالهم وليس في الحكمة الالهية ان يولى على الاشرار
الفجار الا من يكون من جنسهم
Ibnul Qayyim berkata,
"Perhatikanlah hikmah-Nya tatkala Dia menjadikan para raja, penguasa dan
pemegang tampuk pemerintahan sesuai dengan amalan yang dilakukan oleh
para rakyat di dalam negeri tersebut. Bahkan, amalan dari para rakyat
akan tercermin dari tingkah laku para penguasanya.
1. Apabila rakyat di dalam negeri tersebut komitmen dalam menjalankan syari’at, maka tentu penguasanya pun demikian.
2. Apabila mereka berlaku adil, maka para penguasa akan berlaku adil kepada mereka.
3. Apabila mereka suka berbuat kemaksiatan, maka para penguasa juga akan senantiasa berbuat maksiat.
4. Apabila rakyat senantiasa berbuat makar dan tipu daya, maka tentulah penguasa demikian pula keadaannya.
5. Apabila para rakyat tidak menunaikan hak-hak Allah serta
mengabaikannya, maka penguasa mereka pun juga akan berbuat hal yang
sama, mereka akan melanggar dan tidak menunaikan hak-hak para rakyatnya.
6. Apabila rakyat sering melanggar hak kaum yang lemah dalam berbagai
interaksi mereka, maka para penguasa akan melanggar hak para rakyatnya
secara paksa, menetapkan berbagai pajak dan pungutan liar kepada mereka.
Dan setiap mereka (yakni rakyat) mengambil hak kaum yang lemah, maka
hak mereka pun akan diambil secara paksa oleh para penguasa. Sehingga
para penguasa merupakan cerminan amal dari para rakyatnya."
Dengan demikian setiap amal perbuatan rakyat akan tercermin pada amalan
penguasa mereka. Berdasarkah hikmah Allah, seorang pemimpin yang jahat
dan keji hanyalah diangkat sebagaimana keadaan rakyatnya. Ketika
masa-masa awal Islam merupakan masa terbaik, maka demikian pula pemimpin
pada saat itu.
Ketika rakyat mulai rusak, maka pemimpin mereka juga
akan ikut rusak. Dengan demikian berdasarkan hikmah Allah, apabila pada
zaman kita ini dipimpin oleh pemimpin seperti Mu’awiyah, Umar bin Abdul
Azis, apalagi dipimpin oleh Abu Bakar dan Umar, maka tentu pemimpin kita
itu sesuai dengan keadaan kita.
Begitu pula pemimpin orang-orang
sebelum kita tersebut akan sesuai dengan kondisi rakyat pada saat itu.
Masing-masing dari kedua hal tersebut merupakan konsekuensi dan tuntunan
hikmah Allah Ta’ala.(Miftah Daaris Sa’adah, 2/177-178)
----------------------
Para penguasa yang
dzhalim merupakan hukuman yang ditimpakan Allah bagi kaum yang dzhalim
pula, dikarenakan dosa-dosa yang mereka lakukan. Allah ta’ala berfirman,
وكذلك نولي بعض الظالمين بعضا بما كانوا يَكسبون
"Dan demikianlah Kami jadikan sebahagian orang-orang yang zalim itu
menjadi penguasa bagi sebahagian yang lain disebabkan apa yang mereka
usahakan." (QS. Al An’aam: 129).
Abul Walid Ath Thurthusyi
rahimahullah berkata, "Jika engkau berkata bahwa para pemimpin di zaman
ini tidak sama dengan para pemimpin di zaman dahulu, maka rakyat di
zaman ini pun tidak sama dengan rakyat di zaman dahulu. Jika engkau
mencela pemimpinmu bila dibandingkan dengan pemimpin dahulu maka
pemimpinmu pun berhak mencelamu bila dibandingkan dengan rakyat dahulu.
Maka apabila pemimpinmu menzalimimu hendaklah engkau bersabar dan dia
yang akan menanggung dosanya…
Oleh karena itu, untuk mengubah
keadaan kaum muslimin menjadi lebih baik, maka hendaklah setiap orang
mengoreksi dan mengubah dirinya sendiri, bukan mengubah penguasa yang
ada. Hendaklah setiap orang mengubah dirinya yaitu dengan mengubah
aqidah, ibadah, akhlaq dan muamalahnya. Perhatikanlah firman Allah
Ta’ala,
إن اللّه لا يغير ما بقوم حتى يغيروا ما بأنفسهم
"Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri" (QS. Ar Ra’du :
11)
Alloh SWT berfirman, "Demikianlah kami menjadikan sebagian
orang yang zalim itu pemimpin atas sesamanya sesuai dengan apa yang
mereka kerjakan." (QS. Al-An’am:129)
Ayat di atas merupakan
sebuah indikasi, menurut Imam Al-Razy bahwa selama rakyat terus-menerus
berbuat zhalim, Alloh akan menghukum mereka dengan terpilihnya pemimpin
zhalim setipe mereka. Artinya bila mereka ingin terlepas dari pemimpin
model begitu, mereka terlebih dahulu harus berhenti melakukan
kezhaliman.(Tafsir Mafatihul ghaib QS. Al-An’am:129, Maktabah Syamilah)
Jika rakyat berusaha mengoreksi kesalahnya lalu merubahnya, niscaya
Allah akan mengganti pemimpin mereka dengan yang lebih baik. Bila mereka
mengidam-idamkan pemimpin yang adil dan amanah seperti sahabat Abu
Bakar radhiyallahu'anhu dan Umar radhiyallahu'anhu, mereka pun harus
menjadi rakyat yang setipe dengan rakyat pada masa itu.
kepemimpinan
yang ideal akan sulit muncul bila rakyat pada kenyataannya amat jauh
dari masyarakat yang ideal. "Sesungguhnya Alloh tidak akan mengubah
keadaan suatu kaum melainkan bila mereka mengubah keadaan mereka
sendiri. Dan apabila Alloh menghendaki keburukan suatu kaum, maka tak
ada yang bisa menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain
Dia." (QS ar-Ra’d:11)
--------
[Lilik ibadurR]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar